;
Photobucket
Photobucket

Minggu, 02 Desember 2012

Teori Atribusi Eksternal By Apnie.com


TEORI  ATRIBUSI EKSTERNAL :










Pengantar

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang seringkali bertanya mengapa orang lain (atau dirinya sendiri) menunjukkan suatu perilaku tertentu. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini mencerminkan beberapa hal yang ingin dijawab oleh teori atribusi :
- Mengapa orang lain (dirinya) berhasil/gagal mencapai sesuatu?
- Mengapa dia (saya) mau melakukan perbuatan baik itu?
- Mengapa dia (saya) tega melakukan perbuatan buruk itu?
Faktor-faktor penyebab dari perbuatan seperti dicontohkan pada pertanyaan-pertanyaan di atas, ingin dijawab oleh teori atribusi. Karena itu teori atribusi adalah teori tentang bagaimana manusia menerangkan perilaku orang lain maupun perilakunya sendiri dan akibat dari perilakunya, misalnya : sifat-sifat, motif, sikap, dan sebagainya atau faktor-faktor situasi eksternal.
Menurut Myers (1996) atribusi adalah memahami perilaku diri sendiri atau orang lain dengan menarik kesimpulan tentang  apa yang mendasari atau melatar belakangi perilaku tersebut.

Sejarah Teori Atribusi

            Teori atribusi diperkenalkan oleh Fritz Heider (1958) pertama kali mengenai atribusi kausalitas. Atribusi merupakan salah satu proses pembentukan kesan. Dimana proses pembentukan kesan ini dapat dilihat berdasarkan Stereotip, Implict personality Theory, dan Atribusi.
Heider mengemukakan bahwa apabila kita mengamati perilaku sosial, maka yang pertama kali harus kita lakukan adalah menentukan terlebih dahulu apa yang menyebabkannya, yakni faktor situasional atau personal. Dalam teori atribusi lazim disebut kausalitas eksternal dan internal (Jones and Nisbett, 1972).
Kecenderungan memberi atribusi disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu (sifat ilmuwan manusia), termasuk apa yang ada dibalik perilaku orang lain.
Heider membagi sumber atribusi ini menjadi dua, yaitu :
o   Atribusi internal, yaitu yang berasal dari diri orang yang bersangkutan.
o   Atribusi eksternal, yaitu yang berasal dari lingkungan atau luar diri orang yang bersangkutan.

Teori atribusi eksternal
Teori atribusi dari Harold Kelley adalah teori atribusi yang paling terkenal diantara teori atribusi lainnya. Kelley sama seperti halnya teori Jones dan Davis, mengembangkan teorinya berdasarkan karya Heider. Bedanya, Jones & Davis menitikberatkan pelaku dalam suatu situasi tertentu sebagai faktor penyebab dari suatu efek. Di sisi lain, Kelley lebih menekankan pada unsur lingkungan atau luar diri individu.
Atribusi didefinisikan oleh Kelley sebagai proses mempersepsi sifat-sifat dispositional (yang sudah ada) pada satuan-satuan (entities) di dalam suatu lingkungan (environment).
Kelley membenarkan teori Heider bahwa proses atribusi adalah proses persepsi dan bahwa atribusi bisa ditujukan kepada orang atau lingkungan. Contohnya, X senang menonton acara TV tertentu (misalnya saja Opera Van Java), maka ada dua kemungkinan. Kemungkinan yang pertama adalah ia bisa menyatakan bahwa acara itulah yang memang menyenangkan (atribusi eksternal) dan yang kedua, ia bisa menyatakan bahwa dirinyalah yang memang dalam keadaan senang sehingga ia menyukai program TV tersebut (atribusi internal).
Faktor-faktor yang menyebabkan orang lebih cenderung ke atribusi eksternal atau atribusi internal inilah yang menjadi pusat perhatian teori Kelley. Beliau berpandangan bahwa suatu tindakan merupakan suatu akibat atau efek yang terjadi karena adanya sebab. Oleh karena itu, Kelley mengajukan suatu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya hal-hal yang menunjuk pada penyebab tindakan, apakah daya internal atau daya eksternal. Kelley mengajukan tiga faktor dasar atau kriteria yang kita gunakan untuk memutuskan hal tersebut, yaitu:
ü  Distinctiveness (distingsi atau kekhususan)
Konsep ini merujuk pada sejauh mana orang yang kita atribusi tersebut memberikan respon yang berbeda terhadap berbagai stimulus yang kategorinya lama.
Dalam contoh di atas, X menyukai acara Opera Van Java yang sedang ditontonnya itu, tetapi kurang menyukai acara-acara TV lain.

ü  Konsistensi
Respon dalam berbagai waktu dan situasi, yaitu sejauh mana seseorang merespon stimulus yang sama dalam situasi atau keadaan yang yang berbeda. Misalnya A bereaksi sama terhadap stimulus pada kesempatan yang berbeda, maka konsistensinya tinggi.
Contohnya, X akan tetap menyukai dan acara itu, tidak hanya ketika ia menonton di rumahnya, tetapi juga kalau ia sedang menonton di rumah temannya atau melalui pesawat TV hitam putih, padahal biasanya ia menonton TV berwarna.

ü  Konsensus
Ialah sejauh mana orang-orang lain merespon stimulus yang sama dengan cara yang sama dengan hal yang kita atribusi.
Misalnya, dalam acara Opera Van Java tadi, ternyata bukan X saja yang menyukai acara tersebut, tetapi orang-orang lain pun menyukai acara tersebut.

Jika semua faktor atau kriteria ini dipenuhi, maka akan terjadi atribusi eksternal. Namun kalau tidak berarti terjadi atribusi internal, misal dalam contoh tadi kesenangan menonton acara TV tersebut akan dinyatakan sebagai akibat dari keadaan diri X sendiri.
Dengan kata lain, atribusi eksternal terjadi ditandai dengan distingsi tinggi, konsistensi tinggi serta konsensus yang tinggi pula.
Kalau suatu atribusi memenuhi semua kriteria tersebut (atribusi eksternal) ; maka orang akan merasa yakin pada diri, cepat membuat keputusan dan mampu bertindak dengan mantap. Akan tetapi, kalau salah satu atau beberapa kriteria tidak terpenuhi, maka ia menjadi tidak yakin dan ragu-ragu dalam bertindak serta orang tersebut akan membutuhkan informasi dari orang lain. Hal ini menyebabkan Kelley sampai pada teorinya tentang tingkat informasi (information level).
Tingkat informasi menyangkut pengetahuan seseorang tentang kenyataan-kenyataan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Jika tingkat informasi seseorang tinggi, maka orang akan mampu membuat atribusi yang distingsif (lain dari yang lain), tetapi mantap (tidak sering berubah-ubah).
Selanjutnya, Kelley menyatakan bahwa tingkat informasi seseorang merupakan dasar untuk menganalisis ketergantungan informasi dari orang tersebut. Kelley beranggapan bahwa setiap orang (misalnya A) selalu membutuhkan orang lain (misalnya B) untuk memperoleh informasi-informasi yang berlaku. Jika B bisa meningkatkan informasi yang dimiliki A ke tingkat yang lebih tinggi, maka A akan mempunyai ketergantungan informasi kepada B.
Kekurangan informasi dari seorang individu akan mendorong individu tersebut mencari informasi yang dibutuhkan. Kecenderungan mencari informasi menyebabkan seseorang harus melaksanakan interaksi dengan individu lain.



Cara meningkatkan pengetahuan agar individu mempunyai tingkat atribusi yang tinggi menurut Kelley dapat ditempuh dengan dua cara, yakni :
*      Meningkatkan konsistensi
Yaitu dengan meningkatkan kemantapan dari sifat-sifat satuan yang ada dalam lingkungan. Cara ini lazim disebut pendidikan.

*      Meningkatkan konsensus
Ialah meningkatkan kesamaan pandangan kepada individu-individu yang ada di dalam lingkungan. Cara ini biasa disebut persuasi.












Jika Artikel Ini Mau Di Copy Silahkan Pasang Linknya Ya Sob!! Salam ApNie.Com

Related Posts by Categories



Ditulis Oleh : Unknown

Artikel Teori Atribusi Eksternal By Apnie.com ini ditulis oleh Unknown pada hari Minggu, 02 Desember 2012. Terimakasih atas kunjungan Anda pada blog ini. Kritik dan saran tentang Teori Atribusi Eksternal By Apnie.com dapat Anda sampaikan melalui kotak komentar dibawah ini.

:: Get this widget ! ::

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada. Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan di hapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.

share

LinkWithin

IP Address Visitor

IP