Diajukan oleh
09181026
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS BINA DARMA
PALEMBANG
2012/2013
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Pengaruh
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menggeser perilaku remaja dalam
pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di akses kapanpun tanpa adanya
batasan yang sesuai dengan perkembangan usia mereka. Hal ini menjadi salah satu
pemicu perilaku kenakalan remaja yang menyimpang, seperti tawuran, pacaran,
seks bebas, merokok, meminum alkohol dan pemakaian obat-obatan terlarang.
Realita di
atas menarik perhatian peneliti untuk menyorot gaya hidup seksual pranikah pada
remaja anak kost sebagai salah satu bahan penelitian kali ini. Karena yang
peneliti lihat perilaku seksual pranikah di kalangan remaja yang tinggal jauh
dari pengawasan oleh kedua orang tuanya, yang saat ini kian meningkat, bahkan
sampai pada taraf seks bebas (hubungan senggama). Hal ini ditunjukkan oleh
beberapa data yang peneliti temukan, sebagai berikut.
Data yang
peneliti temukan dari sebuah situs menyatakan bahwa berdasarkan hasil
penelitian pada lima kota di Tanah Air, 16,35% dari 1.388 responden dari
kalangan remaja mengaku telah melakukan hubungan seks di luar nikah atau seks
bebas. Sebanyak 42,5% responden di Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT), 17%
responden di Palembang Sumatera Selatan dan Tasikmalaya Jawa Barat, 9%
responden di Singkawang Kalimantan Barat, serta 6,7% responden di Cirebon Jawa
Barat. Kasus seks bebas di kota-kota besar lainnya seperti Medan, Jakarta,
Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya juga sangat tinggi bahkan melebihi angka 50%.
Penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat
Pelatihan Bisnis dan Humaniora (LSCK PUSBIH) dengan melibatkan 1.666
koresponden, dalam situs ini menyatakan bahwa angka yang mengejutkan untuk kota
Yogyakarta sekitar 97,05% remaja Yogya telah melakukan seks bebas
(Administrator, 2011).
Fenomena
maraknya perilaku seksual pranikah pada remaja juga terjadi di kota Palembang
Sumatera selatan. Dari sebuah situs menyatakan bahwa adanya data resmi dari
Balitbang Pemerintah Kota Palembang yang mencatat ada 35%
Pelajar dan mahasiswa
pernah melakukan seks bebas. jika pelajar dan mahasiswa di wilayah Kota
palembang ada sekitar 30 ribu, maka mahasiswa yang pernah melakukan seks bebas ada
sekitar 10 ribu mahasiswa lebih.
Ada juga hasil
penelitian yang dilakukan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) di
kota Palembang, Kupang, Tasikmalaya, Cirebon dan Singkawang pada tahun 2005
menunjukkan bahwa jumlah remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah
cukup tinggi. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa 9,1% remaja telah
melakukan hubungan seks pranikah dan 85%nya melakukan hubungan seks pertama
mereka pada usia 13-15 tahun dirumah mereka dengan pacar (BKKBN, 2006)
Dari
penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa perilaku seksual pranikah pada remaja
kian mengkhawatirkan. Fenomena tersebut dapat terjadi karena minat dan motivasi
remaja terhadap seksualitas juga meningkat, akibat dipengaruhi oleh terjadinya
faktor perubahan-perubahan fisik, kematangan organ-organ seksual dan
perubahan-perubahan hormonal yang mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan
seksual dalam diri remaja. Dorongan seksual tersebut menimbulkan ketegangan
fisik dan psikis. Untuk melepaskan diri dari ketegangan seksual, remaja mencoba
mengekspresikannya dalam berbagai bentuk tingkah laku seksual, mulai dari
berpacaran (dating), berkencan, bercumbu, sampai dengan melakukan kontak
seksual (Desmita, 2008:222-223).
Peneliti
menemukan data dari sebuah situs, bahwa berdasarkan hasil penelitian Taufik
(2005) mengenai perilaku seksual mahaisswa di Surakarta dengan sampel berukuran
1.250 orang yang berasal dari 5 universitas di Surakarta, yang terdiri dari 611
laki-laki dan 639 perempuan, menyatakan bahwa 10,53% remaja pernah melakukan
ciuman bibir, 5,6% melakukan ciuman dalam, 4,23% melakukan onani atau
masturbasi dan 3,09% melakukan hubungan seksual.
Fenomena seks
bebas tidak akan terjadi jika para remaja memiliki pengetahuan tentang seks
yang baik dan benar sejak dini. Ronald (1995:vvi) dalam kata pengantar bukunya
menyatakan bahwa perilaku menyimpang yang terjadi di kalangan remaja disebabkan
oleh kurangnya bekal keimanan dan pedoman hidup yang cukup serta pemahaman yang
keliru mengenai. berbagai informasi yang mereka terima. Remaja selalu mencari
informasi yang lebih banyak tentang seks. Biasanya mereka mencari informasi itu
bukan dari orang tuanya, karena kebanyakan mereka masih merasa malu dan takut.
Kebanyakan orang tua yang ditanyai masalah seks oleh remaja, selalu menjawab
dengan jawaban yang tidak memuaskan seperti “Kamu masih kecil, jangan
cinta-cintaan dulu”, atau “Seks itu jorok, jangan diomongin” (Nugraha, 2004:v).
Hal itulah yang membuat para remaja kebanyakan mencari informasi tentang seks
dari lingkungannya, seperti teman, buku-buku, majalah-majalah, internet,
film-film porno bahkan melalui uji coba sendiri seperti bercumbu, bersenggama atau
masturbasi (Al-Mighwar, 2006:142).
Dari sebuah
situs peneliti menemukan data yang menunjukkan bahwa dari remaja usia 12-18
tahun, hingga dewasa awal, 16% mendapat informasi seputar seks dari teman, 35%
dari film porno, dan hanya 5% dari orang tua (Muzayyanah, 2008).
Data lain dari
hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2002-2003 dalam
sebuah situs menyatakan bahwa pengetahuan seks remaja Indonesia masih relatif
rendah, pengetahuan remaja laki laki hanya 46,1% dan pengetahuan remaja
perempuan hanya sekitar 43,1%. Selanjutnya diketahui hanya 55% remaja yang
mengetahui proses kehamilan dengan benar, 42% mengetahui tentang HIV/ AIDS dan
hanya 24% mengetahui tentang penyakit menular seksual (PMS). Selain itu ada 86%
remaja, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak mengerti tentang kapan
terjadinya masa subur, dan hanya satu diantara dua remaja yang mengetahui
adanya kemungkinan hamil apabila melakukan hubungan seks meskipun hanya sekali
(SKRRI, 2002-2003).
Kurangnya
pengetahuan tentang seks pada remaja, menyebabkan terjadinya peningkatan
perilaku seks bebas. Seharusnya pengetahuan tentang seks sudah diberikan kepada
mereka sejak dini, baik melalui pendidikan formal maupun informal dengan
memberikan sex education. Hal ini penting agar mereka dapat memahami
masalah-masalah seks sejak dini dan dampak-dampak yang ditimbulkannya. Namun,
fenomena yang ada dalam masyarkat Indonesia masih menganggap bahwa membicarakan
seks merupakan hal yang tabu dan vulgar, serta akan mendorong remaja untuk
berhubungan seks.
Berdasarkan
feomena-fenomena yang telah diuraikan sebelumnya penelitian ini penting
dilakukan, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Hubungan Pengetahuan Tentang
Seks Terhadap Intensitas Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Anak Kost Di Daerah Plaju Kota Palembang, guna mencari tahu apakah pengetahuan tentang seks pada
remaja dapat mencegah terjadinya perilaku seks bebas atau malah sebaliknya.
Peneliti
mengambil subjek penelitian pada remaja/mahasiswa yang kost di daerah plaju
kota palembang, karena peneliti menemukan beberapa fenomena yang terjadi pada
mereka yaitu, saat mengadakan kegiatan organisasi dapat dilihat beberapa
diantara mereka datang bersama pasangannya (pacar) sehingga terlihat perilaku
berkencan, berpegangan tangan, dan berpelukan. Dapat dilihat juga aktifitas
serupa terjadi di kos-kosan, kontrakan maupun asrama yang mereka tempati.
Disana dapat dilihat laki-laki dapat keluar masuk dengan bebasnya di kos-kosan
perempuan yang tanpa penjaga (tidak ada ibu/bapak kosnya), begitu juga
sebaliknya. Selain itu penulis pernah melihat beberapa pasangan yang berada
dalam satu kamar dalam keadaan pintu kamar terbuka maupun tertutup.
Pernah terjadi
juga fonomena yang sangat tidak baik pada tahun 2007 yaitu beberapa pasangan
mahasiswa yang tinggal bersama (kumpul kebo) dalam satu rumah kontrakan
dan mengakibatkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) sehingga
kedua pasangan harus menikah, ada juga yang terpaksa melahirkan anak diluar
nikah. Dalam beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan hubungan
pengetahuan tentang seks terhadap intensitas perilaku seksual pranikah pada
remaja dapat dilihat sebagai berikut:
Penelitian
yang dilakukan oleh Evlyn R.H dan Suza (2007) yang berjudul Hubungan Antara
Persepsi Tentang Seks dan Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 3 Medan,
menyatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan terhadap 150 respoden
siwa-siswi SMA Negeri 3 Medan menggambarkan 96.7% memiliki persepsi yang
positif tentang seks, 3.3% memiliki persepsi yang negatif tentang seks, 51.3%
memiliki pengetahuan yang baik terhadap seks, 48.7% memiliki pengetahuan yang
sedang terhadap seks, 88.7% bersikap positif terhadap seksual, 11.3% bersikap negatif
terhadap seksual, 99.3% memiliki tindakan yang positif terhadap seksual dan
0.7% memiliki tindakan yang negatif terhadap seks.
Berdasarkan
analisa statistik diperoleh bahwa persepsi tentang seks memiliki hubungan yang
signifikan terhadap pengetahuan seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan dengan
nilai korelasi Spearman (ρ) sebesar 0.196 dan nilai signifikansi (p) sebesar
0.016, (α<0.05). Namun, diperoleh juga bahwa hubungan antara persepsi
tentang seks dan pengetahuan seksual remaja dengan nilai korelasi Spearman
(ρ) sebesar 0.196 dan nilai signifikansi 0.016, hubungan antara persepsi
tentang seks dengan sikap seksual remaja dengan nilai koefisien korelasi Spearman
(ρ) sebesar 0.77 dan nilai signifikansi (p) sebesar 0.349, hubungan
antara persepsi tentang seks dan tindakan seksual remaja dengan nilai koefisien
korelasi Spearman (ρ) sebesar -0.14 dan nilai signifikansi (p) sebesar
0.868, menunjukka tidak adanya hubungan yang signifikan atau tidak ada hubungan
yang bermakna antara persepsi tentang seks dan perilaku seksual remaja di SMA
Negeri 3 Medan.
Penelitian
lain yang dilakukan oleh Endarto, Yulian dan Purnomo, P.S (2009), yang berjudul
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku
Seksual Berisiko Pada Remaja di SMK Negeri 4 Yogyakarta, menyatakan bahwa hasil
penelitian yang dilakukan terhadap 257 siswa, dengan usia 15–20 tahun. Pengambilan
sampel dengan berstrata, proporsional dan acak (stratified proportional
random sampling) dari kelas 1 sebanyak 95 siswa, kelas 2 sebanyak 82 siswa
dan kelas 3 sebanyak 80 siswa. Ditemukan bahwa dari hasil analisis data, remaja
yang memiliki pengetahuan baik adalah yang terbesar yaitu sebanyak 134
responden (52 %), pengetahuan kurang adalah yang terkecil yaitu sebanyak 23
responden (9 %) dan pengetahuan cukup sejumlah 35 responden (39 %). Sedangkan
dari hasil analisis data untuk tingkat perilaku seksual dapat dikemukakan bahwa
sebagian besar remajanya berperilaku seksual baik yaitu sebanyak 164 responden
(64 %), yang berperilaku kurang baik sebanyak 67 responden (26 %), dan yang
berperilaku cukup baik sebanyak 26 responden (10 %).
Berdasarkan
pengujian regresi sederhana, menunjukkan hasil bahwa nilai t hitung > t
tabel (2,699 > 2,000). Nilai R square (R2 ) sebesar 0,076, hal ini berarti
bahwa 7,6 % dari perilaku seksual remaja bisa dijelaskan oleh variable
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, sedangkan 92,4 % sisanya dijelaskan
oleh variabel di luar model. Hasil pengujian tersebut juga didukung dengan
nilai probabilitas (Sig.) = 0,008 lebih kecil daripada tingkat signifikansi
yang telah ditentukan, yaitu α = 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa ada
pengaruh antara faktor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi terhadap
perilaku seksual remaja.
B. Rumusan
Masalah
Dari uraian
latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah yang akan diteliti dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Sejauh
mana tingkat pengetahuan remaja Anak Kost Di Daerah
Plaju Kota Palembang tentang seks?
2. Sejauh mana tingkat intensitas perilaku
seksual pranikah pada remaja
Anak Kost
Di Daerah Plaju Kota Palembang?
3. Apakah pengetahuan tentang seks
mempunyai hubungan dengan
intensitas
perilaku seksual pranikah pada mereka?
C. Tujuan
Penelitian
Dari rumusan masalah
di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sejauh manakah tingkat
pengetahuan remaja
Anak Kost
Di Daerah Plaju Kota Palembang
2. Untuk mengetahui sejauh manakah tingkat
intensitas perilaku seksual
pranikah pada
remaja Anak Kost Di Daerah Plaju Kota Palembang
3. Untuk mengetahui apakah pengetahuan
tentang seks mempunyai
hubungan
dengan intensitas perilaku seksual pranikah pada mereka
D. Manfaat
Penelitian
1. Teoritis
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi wahana perkembangan ilmu psikologi
khususnya psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan serta psikologi sosial
terutama yang berhubungan dengan perilaku seks bebas pada remaja.
2. Praktis
Segala sesuatu
yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi
berbagai pihak, antara lain sebagai berikut :
a. Bagi
remaja: agar dapat memahami tentang seks secara baik dan benar, sehingga dapat
berperilaku secara wajar dan tidak melanggar norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
b. Bagi
orang tua: agar dapat menjaga anaknya dari sumber-sumber informasi tentang seks
yang tidak terpercaya, sehingga kelak anak tidak berperilaku seks yang
menyimpang.
c. Bagi
pendidik: agar dapat memberikan pendidikan seks yang sesuai dengan usia dan
perkembangan anak sejak dini di sekolah yang dikaitkan dengan moralitas dan
agama.
d. Bagi
masyarakat: agar dapat mengerti pentingnya informasi tentang seks bagi
anak-anak dan remaja di usia dini, untuk mencegah terjadinya perilaku seks yang
menyimpang, serta dapat mempertimbangkan penerimaan terhadap pendidikan seks
sebagai sesuatu untuk membantu mencegah terjadinya perilaku seks yang
menyimpang pada anak-anak dan remaja.
Saya membagi Bab 1 hanya untuk memberi bayangan buat teman - teman dalam pembuatan karya ilmiah, bukan untuk di salah gunakan. Jika teman membutukan Bab 2 nya tinggalkan Coment di bawah postingan..
TERIMAH KASIH ATAS PERHATIANNYA
TERIMAH KASIH ATAS PERHATIANNYA



Jika Artikel Ini Mau Di Copy Silahkan Pasang Linknya Ya Sob!! Salam ApNie.Com
boleh minta bab 2 nya? :)
BalasHapus